Senin, 12 Oktober 2015

Nazarku Tanggung Jawabku


2011 menjadi tahun bersejarah dalam jenjang pendidikanku. Berhasil lulus dan harus meninggalkan masa SMA yang serba wau, menyenangkan, penuh cerita, kenangan, canda, tawa, semuanya luar biasa dan tak ternilai.

Alhamdulillah aku dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mendukung dan menjadikan pendidikan sebagai prioritas  utama, dan Alhamdulillah rezeki bapak ibuk masih memungkinkan untuk menguliahkan anak-anaknya. Tidak semua anak seberuntung diriku. itu yang harus aku tanamkan kan dalam pikiranku untuk terus melangkah, belajar, dan maju!

Waktu SMA aku sudah ngekos, cukup pulang seminggu sekali, sabtu sore pulang, senin subuh balik lagi ke kosan.... Awal SMA sampai kelas 2 lebih sering dan hampir selalu diantar jemput bapak untuk urusan pulang ke rumah, cuma pernah beberapa kali saja naik bus, dasarnya gampang mabuk kendaraan hehehe, jadi bisa dibilang aku termasuk golongan anak manja ya kalau untuk urusan ini... Sebernya baru sadar kalau dimanjain banget ya pas nulis ini, haish.... malah curhat.

Waktu sudah kelas 3, di kosanku hanya ada 2 anak yang seangkatan denganku, Vini dan Dinda (padahal pas kelas satu banyak banget yang seangkatan sama aku). Kita bertiga sama-sama berencana meneruskan untuk kuliah setelah lulus SMA. Mereka sama-sama sudah mendaftar di bimbingan belajar untuk bimbingan intensif SNMPTN, walaupun di dua bimbel yang berbeda. Sedangkan aku tidak berniat ikut bimbel intensif di manapun, aku sudah bertekat ingin belajar secara mendiri di rumah, Untuk itu aku membutuhkan buku panduan belajar, untuk itu aku berencana ke toko buku di kabupaten tetangga, Jember. Berangkat dengan Vini, Dinda, ditambah Bobi dan Azis dari kosan cowok yang masih satu induk yang punya hehehe. Berangkat subuh naik kereta dan sampai kosan lagi pas sudah magrib, pengalaman pertama yang menyenangkan hahaha, sampai Jember aku gak ngerti apa2, pokoknya ngikut anak-anak jalannya kemana aja deh, dasarnya gak tau arah juga... Yups akhirnya sampai di gramedia Jember dan beli buku kumpulan SNMPTN selama 10 tahun. berbekal buku itulah aku belajar banyak mengenai model-model soal SNMPTN. Buat sekedar info, waktu SMA aku ada di jurusan IPA, jangan tanya kenapa, pokoknya ya aku masuk dan memang di IPA hehehe dan ingin melanjutkan kuliah di jurusan FKIP Bahasa Indonesia, jangan tanya kenapa juga, pokoknya ya pengennya jadi guru bahasa Indonesia. Daaaan masalahnya, bahasa Indonesia itu termasuk dalam rumpun ilmu IPS alhasil aku harus banting setir kiblat ilmu yang aku pelajari. Waktu satu setengah bulan (kalau gak salah) benar-benar aku manfaatkan untuk mempelajari materi-materi IPS mulai dari dasarnya, yah pokoknya ngikut yang ada di buku kumpulan soal dah.

Untuk pelaksanaan tesnya, karena di Banyuwangi tidak dijadikan salah satu tempat untuk tes SNMPTN, alhasil aku harus ngungsi di kabupaten tetangga hehehe ke Jember lagi buat ikut tesnya. pembayaran dilakukan online di bank. tesnya dilakukan selama dua hari. dan selama pelaksanaan tes itu aku ditampung di kosannya mbak Lulut, mbak sepupu yang super duper baik, pengertian dan the best dah pokoknya. tapi aku tidak sendiri, temanku Vina atau yg lebih sering dipanggil Penpen juga ikut bersamaku singgah di kosannya mbak Lulut.

Kita ke Jember sehari sebelum tes diadakan, jadi kita bisa lihat-lihat lokasi tes terlebih dahulu agar besok tidak kebingungan, aku dan Penpen sama-sama dapat lokasi tes di UNEJ, tepatnya di FISIP, tetapi tidak satu ruangan.

Hari pertama tes, aku lupa materi apa yang diujikan saat itu hehehe....  yang jelas aku memulainya dengan tenang, atau mungkin tidak, ah entah lah... mungkin gusar? aku lupa, mungkin juga biasa saja, yang aku tauaku mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Pada lembar jawaban itu ada dua kolm tanda tangan yang harus diisi, satu diisi saat awal tes, sedangkan yang satunya diisi di pertengahan tes. Setelah bel tanda tes berakhir, peserta diminta keluar dari ruangan dan pengawas mengumpulkan lembar jawaban. aku keluar ruangan dan menunggu jemputan mbak Lulut, kampusnya benar2 ramai, terlihat kemacetan di sana-sini. Aku menunggu dengan Penpen tidak jauh dari ruangan tesku, saat bertemu dengan Penpen, sedikit membahas soal tes tadi, kemudian aku tiba2 teringat bahwa aku belum mengisi kedua kolom tanda tangan (atau mungkin salah satu) di lembar jawabanku. Saat itu juga aku berlari ke ruang tesku, aku lihat tinggal ada satu pengawas, tadi saat ujian ada dua pengawas. Aku sampaikan masalahku pada pengawas tersebut, kemudian beliau bilang kalau kertas jawabannya sudah dibawa oleh pengawas yang satunya ke ruang kumpulan pengawas, aku disuruh ke antai dua, aku langsung berlari untuk menuju lantai dua, tanpa disangka aku bertemu dengan pengawas yng satunya di tangga, kemudian aku bilang kalau aku belum mengisi tanda tangan pada kertas jawabanku. Pengawas itu bilang kalau semua kerjas jawaban dalam ruanganku sudah dimasukkan dalam amplop jawaban dan bersegel, jadi tidak boleh dibuka lagi, jadi beliau pun tidak berani untuk membukanya. Setelah itu beliau menyarankan aku untuk datang ke pusat pengumpulan jawaban SNMPTN saja, siapa tau kalau di pusatnya ada penyelesaian untuk masalahku. aku mengucapkan terimakasih dan kembali turun ke lantai bawah, ternyata mbak Lulut sudah ada di depan gedung FISIP, aku berlari ke mbak Lulut dan bilang masalah tanda tanganku dan sekarang disuruh ke pusat SMNPTN Jember. Tiba-tiba mbak Lulut melihat ke arah sepatuku, dan bertanya itu kenapa, aku pun baru sadar kalau sol salah satu sepatuku sudah lepas saat aku berlari mencari pengawas tadi, saat itu juga sepatunya aku lepas dan aku buang di kebun depan gedung FISIP hehe maaf nyampah, jangan ditiru ya, mbak Lulut sempat bingung, soalnya dia cuma pakai sandal dan aku malah cuma pakai kaus kaki, masak mau ke gedung pusat dengan keadaan begini, tapi akhirnya tetap berangkat dalam keadaan seperti itu, kalau diusir ya nanti pulang ambil sepatu baru balik lagi. Penpen ditinggal di FISIP, nanti dia dijemput mbak Ernita, temannya mbak Lulut. Dengan was-was berangkat ke gedung pusat diantar mbak Lulut, sesampainya di sana, ditanya ada keperluan apa, dan saat itu aku sampaikan masalahku, bahwa aku belum mengisi tanda tangan pada lembar jawabanku, dan teryata jawaban bapak ibu petugas yang ada di sana sama perti jawaban pengawas ruanganku tadi, bahwa amplopnya sudah di segel dan tidak bisa dibuka lagi. mungkin karena kasihan melihat keadaanku yang sudah hampir nangis dan tanpa pakai alas kaki, cima pakai kaus kaki (sumpah ngisin-ngisini), mereka mencoba menenangkan dan memintaku untuk berdoa saja, semoga itu tidak jadi masalah. akhirnya aku pulang sama mbak Lulut ke kosan.

Sampai di kosan, aku cuma diam, nangis di kamar. Tapi aku mencoba meyakinkan diri buat terus semangat, tetap disemangatin mbak Lulut dan Penpen juga, selain itu aku juga tetap harus belajar buat ter terakhir besok, jadi tidak boleh kehilangan semangat terlalu lama. penyesalan selalu datang terlambat, bagaimana aku bisa teledor, tidak teliti, untuk kalian semua yang akan atau sedang itu ujian atau tes apapun, jangan sampai teledor seperti aku ya, periksa dan isi dengan seksama tentang identitas diri kalian. setelah puas menangis di kamar, ternyata Penpen juga berbaring di sampingku, saat itu aku bilang padanya bahwa aku ingin bernazar, kalau sampai aku diterima di universitas lewat jalur SMNPTN ini, aku akan berpuasa selama satu bulan dan menuliskan kisah perjuanganku ini kemudian mempostingnya di blog agar bisa dibaca dan dijadikan pelajaran untuk orang lain, agar lebih berhati-hati dan tidak ceroboh, teledor sepertiku. Setelah itu aku mantapkan untuk belajar lagi untuk tes hari ke dua.

Tes hari kedua berjalan biasa saja, tidak ada drama kolom tanda tangan kosong lagi, apalagi sampai sepatu rusak segala. Entah kemarin aku berlari seperti apa sampai sepatunya bisa seperti itu hehehe... Hari kedua aku meminjam sepatunya mbak Lulut. Apa kabar sepatuku yg kemarin? Entahlah, mungkin sudah jadi rumah kodok-kodok di kebun depan gedung FISIP. Sorenya aku dan Penpen dijemput bapak untuk pulang ke Banyuwangi. Dan begitulah, penantian pengumuman SNMPTN baru akan keluar satu bulan lagi, satu bulan digantung tanpa tau apa-apa.

Akhirnya satu bulan berlalu, pengumuman hasil SNMPTN bisa dilihat lewat Internet atau di koran keesokan harinya. Pengumumannya dimulai malam hari skitar jam 7. Aku diantar bapak ke rumah salah seorang guru yang punya warnet di rumahnya, kenalan bapak. Di sana aku mencoba berkali-kali tapi masih troble, pasti karena banyak sekali yang mengunjungi laman yang sama karena sama-sama ingin melihat hasil pengumuman. Akhirnya setelah aku berhasil dan memasukkan nomor ujianku, ada tulisan warna merah yang terpampang di minitor komputer itu begitu menyakitkan mata dan hati, aku dinyatakan tidak lolos, yang lebih menyakitkan lagi aku harus menyampaikan kabar itu pada bapak dan ibu. setelah komputer aku matikan, aku menemui bapak yang menunggu di halaman sama bapak yang punya warnet, aku bilang kalau aku belum diterima. Akhirnya aku pulang sama bapak, di mobil aku cuma diam saja, bapak juga sepertinya tau apa yang aku rasakan dan tidak banyak berbicara, hanya  bilang kalau aku harus belajar lagi dan harus tetap semangat, masih ada jalur ujian masuk mandiri, makanya aku harus belajar lagi. Tapi aku tau, bapak dan ibu pasti juga merasakan kekecewaan yang sama seperti yang aku rasakan. Sesampainya di rumah, dan setelah puas menangis aku langsung tertidur. Keesokan harinya, saat aku sudah mulai bisa berfikir, mulai belajar menerima kenyataan, aku mulai mengecek hp yang sudah aku diamkan semalaman, aku tau pasti anak-anak sudah ramai sms (2011 belum jamannya android dan bbm yah, jadi masih pakek sms hehehe) tanya siapa saja yang masuk dan tidak masuk. dari sekian banyak sms yang masuk, aku tau kalau Penpen juga tidak lolos. Kemudian aku sms Vini, aku bilang kalau aku belum lolos dan menanyakan bagaimana dengan dirinya, dia bilang kalau dia harus berpuasa satu minggu lagi, saat itu aku belum paham maksud dia apa. Tapi kemudian dia memberi kabar yang mengejutkan, dia bilang kalau aku diterima, ayahnya menemukan namaku ada pada koran hasil pengumuman SNMPTN, aku tidak percaya, bagaimana bisa ayahnya Vini menemukan namaku, dan disana aku dinyatakan diterima di FKIP bahasa Indonesia, rasanya bahagia dan bingung, bagaimana bisa ada namaku di koran sedangkan tadi malam aku melihat hasil pengumuman di internet yang menyatakan kalau aku tidak lolos. Kebingungan ini aku sampaikan pada vini, dan dia tanya nomor ujianku, kemudia aku kirim ke dia, dia cek di internet dan ternyata aku memang lolos. kok bisa? Ternyataaaa..... saat memasukkan nomor ujian, tanda strip atau tanda hubung (-) tidak perlu dimasukkan, tadi malam aku juga memasukkan tanda strip itu. Rasanya luar biasa, tau gak sih gimana rasanya hati yang sudah rusak, robek, hancur, kering kerontang seperti langsung disiram pakai air es, langsung seger, utuh lagi, pokoknya super luar biasa gimana rasa senengnya sudah diterima di salah satu universitas negri ini. Untuk memastikan lagi, aku mengajak mas Rino ke warnet buat lihat hasil pengumuman ini di internet, wlaupun aku juga sudah mencobanya pakai opera mini di hp, tapi rasanya tetap belum puas kalau belum lihat di layar komputer yang besar, mengingat malam sebelumnya aku sudah melihat penolakan di layar yang besar itu hehehe.

Fix sama mas Rino lihat di warnet bahawa aku benar-benar sudah lolos tes ujian SNMPTN 2011 dan masuk di FKIP bahasa Indonesia. Seneng banget pas ngabarin bapak kalau ternyata aku sudah lolos di SNMPTN. Alhamdulillah ya Allah, terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan padaku. setelah itu hanya tinggal mengurusi masalah administrasi dan aku resmi dinyatakan sebagai mahasiswa baru FKIP bahasa Indonesia. Saat itu aku sadar, aku memiliki dia hutang yang harus aku bayarkan. Pertama, aku harus berpuasa selama satu bulan, itu langsung aku lakukan saat itu juga, bertepatan habisnya puasa Ramadhan saat itu, setelah lebaran tentu saja aku melakukan puasanya, jadi bisa dibilang aku puasa dua bulan hahaha.... Dan soal vini puasa satu minggu yang dia sebutkan waktu itu, ternyata dia diterima di ITS, jadi dia punya nazar puasa satu minggu. hal kedua yang harus aku lakukan adalah menuliskan cerita perjuangku selama masa SNMPTN, dan itulah yang aku lakukan sekarang, setelah hampir empat tahun berlalu sejak aku dinyatakan menjadi mahasiswa. Ini hutangku, dan aku yang harus membayarnya, perkataanku tanggung jawabku.

Semog tulisan ini bisa bermanfaat, untuk mengingatkan kita semua (terutama yang nulis ini semua hehehe) untuk lebih berhati-hati dan teliti dalam menjalankan atau melakukan segala hal. Tulisan ini juga merupakan bentuk pertanggung jawabanku atas nazar yang pernah aku ucapkan. Terimakasih  ^_^

Sabtu, 12 Januari 2013

UNTUK MU, IYA KAMU

       Saya mengenangmu kini dalam sepi, tak ada kabar yang datang menghampiri. ku anggap kau saudara beda keluarga. cintaku sebagai seorang sahabat padamu bahkan mengalahkan cintaku pada mantan pacarku. duka kehilanganmu lebih dalam dari duka kehilangan seorang kekasih hati. dulu kau hiasi hari-hariku dengan banyak cerita, banyak hal menyenangkan kita lalui bersama. tak kusangka jarak akan merubah persahabatan kita. tak pernah kumenangis hingga terpuruk karena putus cinta. namun perpisahan denganmu membuat malam-malam awal kepergianmu membuatku berkawan dengan dunia duka. tak kusesali pertemuanku denganmu. hanya saja tak kusangka secepat itu kau bisa melupakanku dengan mudahnya. cukup enam bulan kau bisa rubah jarak antara kita. kenanganku tentangmu bagai berlian berhias mutiara hitam, berharga, indah,dan mempesona, namun tak putih bersih. dalam pekat mutiara hitam kusimpan kenangan penantian kabar tak berujung.

Selasa, 02 Oktober 2012

Gambar yang Hilang

Terkubur debu dalam ruang pengap tanpa celah
Merindukan kunjungannya
Merindukan sauan halus lembut tangannya
Merindukan gerak lirih bibirnya
Merindukan dia yang membiarkanku tertimbun tumpukan debu
Kurindu dia sahabatku yang hilang

terkubur debu dalam ruang pengap tanpa celah
Tengoklah dalam lemari kunomu
Aku sahabatmu
Buku crita bergambar yang kehilangan gambarnya

BINGKAI PUTIH

-->
Wanita cantik berbingkai pitih
Terlihat kokoh dengan pesonanya
Berdiri tegak mencurahkan jalan ilmu
Memberi penerarangan tuk terus maju
Memberi sebuah  jalan alternatif tuk kami
Saat aku meliat dia berhenti sejenak
Terduduk manis di tahtanya
Terlihat sibuk menuntaskan kewajibanya
Namun ku mulai berfikir
Mungkinkah ia lelah dengan rutinitasnya
                                  Mungkinkah ia bosan menghadapi kami
Kuperhatikan paras ayunya yang berbingkai putih
Ia tersenyum indah meneduhkan hati
Memudarkan goresan umur yang sesungguhnya telah tergambar
Terlintas membayangkan rahasia dibalik bingkai putih
Namun anganku tak sampai menggapai tempat itu
Sosok seperti apakah ia sesungguhnya
Seperti apa sosoknya saat bingkai itu terlepas
Sosok tempat bersemayamnya  jiwa yang mampu membimbing kami
Engkau terlihat megah dengan tahta dan senjata yang kau tebarkan untuk kami
Kami begitu mengagumi dan menyanjungmu
Dalam hati slalu teruntai doa untukmu
Berharap engkau dapat merasakan panggilan hatiku
Hatiku yang slalu mengharap pengertianmu
Kaulah guruku kaulah penunjuk jalanku